Petikan gitarnya mengalun indah. Jemari lentiknya terlihat menguasai setiap nada yang terangkai. Adhitya Yudistira (21) gitaris band Soul of Jazz ini begitu lihai memainkan gitarnya membawakan lagu Terdiam milik Maliq d’Essential dengan arransemen lagu yang indah. Ya, penampilan soul of jazz siang itu diatas panggung kompetisi band jazz di Jatinangor Jazz Event (JJE) pada Kamis 13 Oktober lalu sungguh memukau. Meski cuaca lumayan terik , tidak membuat pria 21 tahun ini hilang konsentrasi untuk memainkan gitarnya.
Kalau Jakarta punya Java Jazz Festival (JJF), sekarang Jatinangor juga tak mau kalah. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor, Sumedang-Jawa Barat, mencoba mengadakan acara serupa yang bertajuk Jatinangor Jazz Event 2 (JJE) dengan konsep acara yaitu Historical Jazz atau sejarah Jazz (13/10). Pengagas acara musik yang dikenal sebagai “musik milik kalangan berduit” ini ingin menampilkan unsur baru dalam dunia music jazz yaitu bahwa music jazz bukan hanya music yang enak untuk didengar namun juga bagaimana agar orang-orang terutama penikmat music jazz tahu perubahan atau perkembangan musik jazz dari pertama munculnya musik jazz hingga berkembang sampai dengan zaman modern saat ini.
Sebagai media untuk merepresentasikan konsep ini, panitia penyelenggara JJE mencoba menyampaikannya melalui guest star yang ditampilkan. Guest star yang mengisi acara tersebut adalah Maliq & d’Essentials, Tulus, Stereotitude, dan Halfwhole Project dari Klabjazz Bandung, Band Jazz Fakultas Psikologi Unpad serta pemenang audisi band Jazz. Acara jazz ini terbagi menjadid du bagian besar yaitu diawali dari kompetisi band jazz yang diikuti oleh 9 peserta kemudian disusul dengan pertunjukan music sekaligus penganugerahan kepada para pemenang lomba. “Penjuriannya lumayan ketat euy, selain itu pesertanya juga mempunyai skill yang bagus lah kalo kata saya mah. Gak tahu menang apa engga band saya teh”, tukas Adhitya Yudistira(21) , gitaris band jazz Soul of Jazz. Para juri dalam audisi band ini adalah Dwi Cahya Yuniman (Koordinator of Klab Jazz), Imam Pras (pianis jazz) dan Venche (gitaris jazz sekaligus pendidik jazz). “Awalnya sih JJE ini hanya pengen ngadain acara music jazz aja, tapi sayang aja kalo event seperti ini hanya berlatar belakang sekedar menikmati music. Toh di lingkungan kita kan banyak yang memiliki potensi untuk bermain music jazz. Akhirnya kami mencoba untuk menampilkan sesuatu yang baru yaitu menggabungkan pertunjukan music dengan kompetisi band sekalian. Gak ada salahnya juga menurut kami. Jadilah JJE, ada konser music tapi ada juga kompetisinya”, papar Arvan Avrianto (21) , ketua palaksana JJE ini ditengah kesibukannya mengatur jalannya JJE.
Jatinangor Jazz Event mendapat respon yang cukup bagus di kalangan mahasiswa. Adanya Jatinangor Jazz Event membuktikan bahwa mahasiswa juga mampu turut serta dalam mengahasilkan musikus jazz muda yang memiliki bakat potensional untuk mengembangkan jazz agar music ini semakin bisa diterima di kalangan masyarakat dan semakin luas penikmatnya. Meskipun dengan jumlah peserta kompetisi yang tidak begitu banyak namun peserta kompetisi ini bukan peserta yang ecek-ecek. Bisa dikatakan bahwa mereka masih belum expert tetapi penampilan peserta diatas panggung tiak mengecewakan para penonton yang sore itu memadati Lapangan Koperasi Mahasiswa Unpad Jatinangor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar