Minggu, 30 Oktober 2011

Jatinangor Jazz Event, Festival Musik yang Belajar dengan Sejarah


Petikan gitarnya mengalun indah. Jemari lentiknya terlihat menguasai setiap nada yang terangkai. Adhitya Yudistira (21) gitaris band  Soul of Jazz ini begitu lihai memainkan gitarnya membawakan lagu Terdiam  milik Maliq d’Essential dengan arransemen lagu yang indah. Ya, penampilan soul of jazz siang itu diatas panggung kompetisi band jazz di Jatinangor Jazz Event (JJE) pada Kamis 13 Oktober lalu sungguh memukau. Meski cuaca lumayan terik , tidak membuat pria 21 tahun ini hilang konsentrasi untuk memainkan gitarnya.

Kalau Jakarta punya Java Jazz Festival (JJF), sekarang Jatinangor  juga tak mau kalah. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (UNPAD) Jatinangor, Sumedang-Jawa Barat, mencoba mengadakan acara serupa yang bertajuk  Jatinangor Jazz Event 2 (JJE) dengan konsep acara yaitu Historical Jazz atau sejarah Jazz (13/10). Pengagas acara musik yang dikenal sebagai “musik milik kalangan berduit” ini ingin menampilkan unsur baru dalam dunia music jazz yaitu bahwa music jazz bukan hanya music yang enak untuk didengar namun juga bagaimana agar orang-orang terutama penikmat music jazz tahu perubahan atau perkembangan musik jazz dari pertama munculnya musik jazz hingga berkembang sampai dengan zaman modern saat ini.
Sebagai media untuk merepresentasikan konsep ini, panitia penyelenggara JJE mencoba menyampaikannya melalui guest star yang ditampilkan. Guest star yang mengisi acara tersebut adalah Maliq & d’Essentials,  Tulus, Stereotitude, dan Halfwhole Project dari Klabjazz Bandung, Band Jazz Fakultas Psikologi Unpad serta  pemenang audisi band Jazz.  Acara jazz ini terbagi menjadid du bagian besar yaitu diawali dari kompetisi band jazz yang diikuti oleh 9 peserta kemudian disusul dengan pertunjukan music sekaligus penganugerahan kepada para pemenang lomba. “Penjuriannya lumayan ketat euy, selain itu pesertanya juga mempunyai skill yang bagus lah kalo kata saya mah. Gak tahu menang apa engga band saya teh”, tukas Adhitya Yudistira(21) , gitaris band jazz Soul of Jazz. Para juri dalam audisi band ini adalah Dwi Cahya Yuniman (Koordinator of Klab Jazz), Imam Pras (pianis jazz) dan Venche  (gitaris jazz sekaligus pendidik jazz). “Awalnya sih JJE ini hanya pengen ngadain acara music jazz aja, tapi sayang aja kalo event seperti ini hanya berlatar belakang sekedar menikmati music. Toh di lingkungan kita kan banyak yang memiliki potensi untuk bermain music jazz. Akhirnya kami mencoba untuk menampilkan sesuatu yang baru yaitu menggabungkan pertunjukan music dengan kompetisi band sekalian. Gak ada salahnya juga menurut kami. Jadilah JJE, ada konser music tapi ada juga kompetisinya”, papar Arvan Avrianto (21) , ketua palaksana JJE ini ditengah kesibukannya mengatur jalannya JJE. 

Jatinangor Jazz Event mendapat respon yang cukup bagus di kalangan mahasiswa. Adanya Jatinangor Jazz Event membuktikan bahwa mahasiswa juga mampu turut serta dalam mengahasilkan musikus jazz muda yang memiliki bakat potensional untuk mengembangkan jazz agar music ini semakin bisa diterima di kalangan masyarakat dan semakin luas penikmatnya. Meskipun dengan jumlah peserta kompetisi yang tidak begitu banyak namun peserta kompetisi ini bukan peserta yang ecek-ecek. Bisa dikatakan bahwa mereka masih belum expert tetapi penampilan peserta diatas panggung tiak mengecewakan para penonton yang sore itu memadati Lapangan Koperasi Mahasiswa Unpad Jatinangor.

Nobel Sepertinya Masih Jauh dari Mimpi-Mimpi Indonesia




Penghargaan Nobel Internasional nampaknya masih menjadi barang langka untuk Indonesia meski negeri ini sudah sering mencoba mengiuti atau mengirimkan delegasinya ke berbagai ajang festival tingkat internasional.  Bukan karena Indonesia tidak mau ekstra keras untuk mandapatkan penghargaan abergengsi sejagad ini , namun pola pikir di masyarakatlah yang masih menjadi ganjalan terbesar mengapa negara ini tak mampu bersaing dengan negara lain. Pola asuh orde baru yang selalu mengajarkan sikap konsumtif dan “malas” juga masih menjadi dominasi dalam kehidupan Indonesia.


Meski rezim orde baru (Orba) telah lewat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa efek dari jaman ini mengakibatkan lima faktor utama penyebab Indonesia tidak pernah mandiri dan terus menerus dalam mengalami krisis, yaitu berbagai terpaan badai yang membekukan, terutama dari negara barat atau negara modern yang ingin menjajah ekonomi atau teknologi, dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Faktor lain yang memegang peranan terpenting adalah budaya KKN yang tak akan pernah binasa dari bumi Indonesia. Mereka para pelaku KKN yang merampok keuangan dan membangkrutkan bangsa, yang juga menyebabkan Indonesia terjebak hutang maha besar serta membuat ekonomi/bisnis Indonesia dikuasai oleh konglomerasi internasional yang bekerjasama dengan para konspirator nasional jahat yang terdiri atas tikus berdasi, pengusaha nakal, dan beberapa politisi dan petinggipetinggi negara yang bermental preman. Badai  SARA juga menambah deret hitam mengapa bangsa ini sangat sulit untuk bergerak menjadi negara salah satu penyumbang hadiah nobel di kancah Internasional. Justru yang terjadi di masyarakat yaitu meningkatnya  kecurigaan berbasis suku, agama, ras, dan golongan antar masyarakat.


Jika bicara tentang prestasi Indonesia, salah satunya yaitu di ajang kompetisi sains, seperti Olimpiade Fisika Internasional, mungkin nama Yohanes Surya tidak asing lagi untuk kita dengar. Atas upaya dan perannyalah generasi muda Indonesai mampu mengharumkan negeri ini di kancah internasional. Fisikawan pendidik dan peneliti ini telah berjasa membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk memasuki fase pembaruan. Dia telah merintis jejak bagi murid-murid cemerlang sekolah menengah Indonesia masuk pada komunitas fisika pemula antarbangsa melalui Olimpiade Fisika Internasional dan kompetisi riset fisikawan muda beraras dunia: The First Step to Nobel Prize in Physics. Ia pun “bercita-cita” mempersiapkan peneliti Indonesia meraih Nobel tahun 2020. Walaupun sudah punya greencard (izin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika dengan semboyannya waktu itu “Go Get Gold”, serta mengembangkan fisika di Indonesia. Selama berkarier di bidang pengembangan fisika, Yohanes pernah mendapatkan berbagaiaward/fellowship, antara lain “CEBAF/SURA award” AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Namun harapan itu spertinya masih sangat jauh untuk dicapai Yohanes Surya.
Lalu sampai kapankan keadaan ini akan terus berlangsung? Akankah Indonesai hanya punya mimpi untuk mendapatkan penghargaan nobel internasional? Pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya bisa dijawab jika saja kondisi internal Indonesia bisa dibenahi. Secara teoritis, “kegagalana” Indonesia yang sampai sekarang belum pernah mendapat nobel karena beberapa faktor.
 Pertama, terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat lain. Kedua , adanya suatu sikap yang membanggakan dan mempertahankan tradisi-tradisi lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yang sudah ada. Mindset ini masih terlalu kuat berkembang di masyarakat kita, meskipun sekarang sudah lumayan terdesak dengan kaum cendikiawan yang lebih melek pengetahuan. Ketiga , adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya. Organisasi sosial yang telah mengenal sistem lapisan dapat dipastikan akan ada sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan. Keempat  adalah kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang kehidupannya terasing, yang membawa akibat suatu masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya perkenmbangan-perkembangan yang ada pada masyarakat yang lainnya. Jadi masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih baik untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada pada masyarakat tersebut. Anggapan seperti ini biasanya terjadi pada masyarakat yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat ituakan memiliki prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi. Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.
Budaya korupsi yang tidak pernah hilang dari Indonesia lah yang perlu mendapat sorotan penting. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat setidaknya bisa diatasi jika dana pengembangan pendidikan tidak selalu disunat oleh oknum-oknum nakal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir di semua departemen pemerintahan negeri ini hampir sebagian besar dananya “disunat”. Isu panas yang lumayan memalukan adalah pengadaan asrama atlet Sea Games yang sebentar lagi akan berlangsung di Palembang. Beberapa nama pejabat penting terseret dalam kasus ini, sepeti Nazarudin dari partai Demokrat, dan Angelina.S yang pernah menduduki gelar puteri Indonesia.
Beberapa hal yang dipaparkan diatas menjadi gambaran Indonesia dari jaman Orba sampai sekarang. Dwngan demikian , sejak 1965 sampai detik ini (2011) , bangsa Indonesia bolwh dikata telah dijajah kembali olwh konspirasi jahat internasional yang bersimbiose mutualis dengan konspirasi jahat nasional yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga boleh dikata bahwa Indonesia sampai saat ini belum merdeka sepenuhnya. Jangankan mendapat penghargaan nobel Internasional, kemerdakaan negara ini saja menjadi nasib yang masih harus dipertanyakan.

Kamis, 14 April 2011

Kedaulatan Negara Bukan Hanya Tanggung Jawab Baret Merah



Menjadi barisan pertahanan Negara paling depan tentu saja bukan perkara  yang mudah. Apalagi di usia yang menginjak kepala enam. Kipirahnya selama 58 tahun menunjukan “taring” yang patut diperhitungkan dalam menjaga stabilitas nasional. Sejak awal berdiri tahun 1952, Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) yang 16 april 2011 nanti genap berusia 59 tahun ini mempunyai misi utama melakukan operasi khusus guna menegakan kedaulatan dan keutuhan negara Republik Indonesia serta melindungi segenap bangsa dan seluruh rakyat Indonesia.
Menjelang 59 tahun , kiprah Kopassus sebagai benteng negeri , banyak pula prestasi yang membanggakan negeri ini. Bahkan menurut data dari Discovery Channel (2010) satuan pasukan khusus ini dinobatkan menjadi pasukan elit terbaik ke-3 di dunia setelah SAS (Inggris) dan IDF (Israel). Selama 58 tahun yang sudah terlewati , misi yang menjadi tanggung jawab Kopassus terselesaikan dengan prestasi gemilang meski pernah mengalami kecelakaan yang harus mengorbankan salah satu anggotanya saat operasi penyelamatan pesawat terbang nasional yang dibajak di Bangkok. Misi penegakan kedaulatan negara dan masalah keutuhan negara masih menjadi isu lama yang selalu dijalankan oleh satuan elit ini. Tentunya jika dilihat dari kebijakan pemerintah , menjaga kedaulatan negara adalah kewajiban yang diperuntukan kepada segenap rakyat. Bukan hanya tugas  TNI atau Kopassus. Territorial Indonesia harus kita lindungi dari ancaman luar yang bisa menggoyajkan kesatuan dan kedaulatan NKRI. Kita tidak mau kehilangan secara perlahan wilayah-wilayah negara ini hanya karena membebankan tanggung jawab ini hanya kepada pihak-pihak tertentu yang seolah-olah ditunjuk dan harus menjalankannya.
Peristiwa beberapa tahun lalu saat pulau Sipadan dan Ligitan masuk menjadi territorial Malaysia seharusnya menjadi cerminan dan tolok ukur kita dalam menjaga kedaulatan negara. Dari sini bisa kita jadikan pelajaran bahwa pada hakikatnya menjaga kedaulatan negara adalah tanggung jawab bersama. Jadi dampak yang disebabkan dari kemampuan Kopassus terhadap penegakan kedaulatan dan keutuhan negara jarang atau sama sekali tidak pernah terungkap secara terbuka. Inilah yang mungkin membuat stabilitas nasional negara kita mudah “goyah” karena faktor – faktor yang bersifat internal ataupun eksternal.
Pandangan tentang kadaulatan negara selama beberapa tahun belakangan ini sepertinya hanya diindikatorkan oleh ancaman pertahanan dan keamanan dari kondisi dalam negeri pemberontakan-pemberontakan di daerah-daerah yang menjadi bahaya laten yang tak pernah kunjung urung. Walaupun memang keberadaan pemberontakan ini tidak sampai melahirkan sebuah dampak yang serius.

Kedudukan tunggal sebagai kesatuan elit
Sebagai kesatuan khusus yang  sudah bisa sikatakan “cukup umur”, Kopassus menjadi bagian penting dalam perjuangan bangsa Indonesia. Masalah yang mengancam kedaulatan bangsa yang beberapa tahun lalu sempat mencul dan eksis untuk memperuncing agar keadaan negara semakin tidak kondisuf membuat Kopassus tidak tinggal diam. Ditengah masalah itu semua , posisi Kopassus sebagai satuan elit bangsa Indonesia setidaknya harus diperkokoh, baik itu dalam hal pembuatan strategi maupun masalah  “kedudukan” Kopassus sendiri menjadi  kesatuan tunggal sebagai pasukan elit Indonesia. Tindakan ini bukan serta merta menjatuhkan kredibilitas TNI dimata masyarakat. Artinya , dalam menghadapai masalah-masalah ancaman teroris terhadap bangsa , sebenarnya yang dibutuhkan adalah upaya untuk melakukan analisis dan memprioritaskan masalah yang dianggap urgent sehingga tidak terjadi perbedaan missi antara Kopassus dan TNI. Pemerintah juga tidak dituntut untuk menganaktirikan nasib TNI. Kedua unsure pertahanan negara yang bisa kita katakan sangat vital ini secara bersama menjaga kedaulatan, yang membedakan hanya kedudukan masing-masing sebagai kesatuan keamanan.
.analisis dan prioritas pemeliharaan dan penggelaran pasukan khusus secara kebutuhan mutlak dilakukan untuk menyediakan anggaran yang memadai, menjadikan Kopassus sebagai elemen  yang efektif. Harus dipahami bahwa posisi geostrategi Indonesia menjadi sangat rawan dan mudah disusupi serta bisa dijadikan sarang teroris, ketika kelompok-kelompok terorisme yang secara tradisional beroperasi di negara-negara Timur Tengah, Asia Selatan, dan Filipina terdesak menghadapi pemerintahan setempat. Disinilah yang paling membedakan antara Kopassus dengan TNI. Fungsinya tidak lain yaitu menyelamatkan dan mengamankan rakyat Indonesia jika terjadi sesuatu yang bisa membahyakannya dalam tataran kedaulatan negara.
Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Kopassus bisa kita pahami sebagai akibat dari perbedaan peran atau alih fungsi peran tradisional dan peran barunya yang berpengaruh pada struktur kekuatannya (termasuk doktrin, latihan, dan peralatan), serta adanya perubahan sosiologi di tubuh Kopassus. Seiring dengan berjalanannya waktu yang juga diimbangi dengan kemajuan teknologi, tantangan yang akan dihadapi Kopassus pun akan lebih sulit. Walaupun Kopassus adalah kesatuan elit terbaik ke-3 di dunia dalam kategori sistem pendidikan dan sistem operasinya , namun jika tidak dibarengi dengan upgrade persenjataan maka akan menjadai hal yang mustahil untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuan negara sedangkan musuh diluar sana sudah lebih maju, baik persenjataan maupun strategi perang.
Di era reformasi sekarang ini , peran Kopassus sedikit melebur kedalam misi-misis tertentu yang bisa dilihat tidak jauh berbeda dengan kesatuan polisi. Bahkan tidak jarang Kopassus turun ke lapangan saat terjadi masalah kemanusaiaan. Peranan  pasukan khusus dalam menjalankan misi operasi militer selain perang (OMSP), condong menjalankan tugas institusionalisasinya yang mirip dengan tugas kepolisian. Paham tentang fungsi tradisional yang selama ini dianut dalam pemikiran lama tentang keamanan perlu berubah mengikuti perkembangan reformasi sebagai upaya kita untuk mengefektifkan demokrasi negara ini yang sedang mencari bentuknya.
Perubahan sosiologis Kopassus seperti ini  harus mampu memberikan makna dalam upaya kita bersama mengembangkan demokrasi.. Pasukan khusus Indonesia memiliki sejarah yang panjang bersamaan dengan sejarah berdirinya republik ini. Ketika republik berubah menjadi lebih demokratis, pasukan khusus pun harus menyesuaikannya

Rabu, 30 Maret 2011

Habitat Owa Jawa Dipulihkan Pada Hari Bumi

repost from :
 https://akuindonesiana.wordpress.com/2010/04/26/habitat-owa-jawa-dipulihkan-pada-hari-bumi/



Salah satu habitat satwa langka owa jawa atau Hylobates moloch di Blok Hutan Tiwel, Desa Nangerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dipulihkan. Blok hutan alam sekitar lima hektar itu disatukan dengan hutan alam yang berada di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Selama ini antara Blok Hutan Tiwel dan wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dipisahkan hutan produksi seluas 40 hektar. Status hutan produksi itu telah diubah sebagai kawasan konservasi dan masuk kawasan TNGGP yang kini memiliki luas 21.975 hektar.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi, Kamis (22/4), para pencinta lingkungan dari perusahaan jasa konsultan audit internasional Mazars bekerja sama dengan lembaga Conservation International-Indonesia, perkumpulan pencinta lingkungan Gedepahala, dan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, menanami lima hektar area yang semula sebagai hutan produksi itu.
”Penanaman itu sebagai adopsi pohon oleh perusahaan kami. Selain untuk penyelamatan habitat satwa langka owa jawa, hal itu juga untuk mewujudkan konsep netral karbon melalui netral kertas yang selama ini kami pakai,” kata Presiden Direktur Mazars Indonesia James Kallman.
Mazars mengawali inisiatif menghitung konsumsi kertas yang digunakan terhadap dampak lingkungan di Indonesia. Pada 2009 diawali dengan penanaman pohon lokal di TNGGP seluas 10.000 meter persegi. Kemudian dilanjutkan seluas lima hektar pada tahun 2010 bertepatan dengan Hari Bumi.
Upaya yang ditempuh itu juga dihitung untuk menggantikan 600 ton karbon dioksida atau berkisar 50 persen dari jejak karbon yang dihasilkan selama Konferensi Internasional Mazars di London, Inggris, Desember 2009.
Owa jawa
Regional Vice President CI-Indonesia Jatna Supriatna mengatakan, Blok Hutan Tiwel merupakan lokasi pelepasliaran sepasang owa jawa yang pertama di dunia. Blok hutan alam yang menyediakan sumber makanan penting bagi owa jawa ini diharapkan secepatnya menyatu dengan kawasan hutan alam TNGGP.
Anton Ario dari CI-Indonesia yang menjadi penanggung jawab regional kawasan TNGGP mengatakan, saat ini hutan alam wilayah TNGGP rentan terhadap perluasan ladang penduduk. Di TNGGP inilah kini akan dijadikan habitat owa jawa.
Berdasarkan catatan Litbang Kompas, bentuk tubuh owa jawa mirip dengan lutung. Perbedaannya adalah owa jawa berwarna lebih terang atau keperakan. Panjang tubuh jantan dan betina dewasa berkisar 750-800 mm dengan berat 4-8 kilogram.
Primata ini hidup dalam kelompok bersistem keluarga monogami. Selain pasangan induk, kelompok itu terdiri dari 1-2 anak yang belum mandiri. Seekor owa jawa bisa hidup hingga 35 tahun.
Owa jawa memakan sekitar 125 jenis tumbuhan dengan komposisi makanan 61 persen buah dan 38 persen dedaunan. Sisanya bunga dan serangga.
Habitat alami owa jawa di hutan tropis berketinggian 1.400-1.600 meter di atas permukaan laut. Awalnya, hewan ini dapat ditemukan di kawasan mulai dari Ujung Kulon, Banten, hingga Dieng, Jawa Tengah. Pada survei tahun 1994 di hutan wilayah itu, populasi owa jawa sekitar 3.000 ekor.
Namun, rusaknya hutan menyebabkan habitat alami owa jawa terganggu. Tidak mengherankan jika owa jawa kini hanya dapat ditemukan dalam jumlah kecil di kawasan konservasi. Di Jabar, hewan ini ditemukan di kawasan konservasi Gunung Gede Pangrango. Di taman nasional seluas 15.000 hektar itu, owa jawa diperkirakan tinggal 300 ekor

Selasa, 08 Maret 2011

TARI ENDEL , SUGUHAN BERBEDA DARI KOTA THE POCI


Tegal mungkin sebagian besar masyarakat kita hanya mengenalnya sebagai kota bahari saja. Kota yang terkenal dengan “Warteg ( Warung Tegal) “ yang menyajikan makanan serba murah ini adalah salah satu penghasil Perlu kita tahu kota yang terletak kedua di ujung barat  provinsi Jawa Tengah ini memiliki khasanah budaya yang cukup menarik.
Ada sisi yang luput dari pengetahuan kita. Ternyata kota bahari ini memiliki kesenian tradional yang cukup kita perhitungkan keberadaannya. Tari Endel adalah salah satu warisan budaya khas kota Tegal yang semakin memperkaya budaya nasional. Bila sebuah tarian dipertontonkan di hadapan tamu khusus, seperti halnya seorang presiden, rasanya pantas bila pelaku tarian ini mendapat tempat yang layak. Namun hal ini tidak sepenuhnya berlaku pada tari Topeng Endel, sebuah tarian khas Tegal, dengan sejumlah pelakunya. Mereka yang terlibat dalam Topeng Endel ini hidup biasa-biasa saja, dengan kelebihan dan segala kekurangannya.
Tari Topeng Endel biasa dibawakan oleh satu atau dua penari bergantian. Sang penari selalu mempunyai kelompok gamelan pengiring yang terdiri dari kendang, bonang, saron, balongan dan peking. Gamelan – Jawa inilah yang mengiringi gemulainya penari Endel untuk mengeksplorasi keindahan tarian ini.

Kegenitan dak kalincahan menjadi ciri tari Topeng Endel, sesuai dengan namanya Endel, yang dalam bahasa Tegalan artinya "kenes", atau genit. Gerak penarinya seakan menggambarkan percumbuan penari dengan bayangan sang pangeran. Namun semuanya berlangsung lembut, dalam kesunyian diri, dan jauh dari desahan erotis. Gerak penari Topeng Endel lebih banyak mengikuti hentakan gamelan. Menghanyutkan, mampu menghipnotis siapa saja yang menikmatinya. Inilah sebuah tarian seksi namun dari kesan murahan atau bahkan pornografi. Topeng Endel Adalah bentuk topeng wanita dengan kostum endel yang mirip penari Gambyong. Tariannya diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro
Tari ini pertama dikenalkan oleh ibu Sawitri. Disinilah sesepuh tari Topeng Endel, Bu Sawitri menetap. Di Desa Selarong Lor, Kecamatan Duku Waru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Selama hampir 20 tahun, primadona tari kenes ini menghabiskan kesehariannya, sebagai penjual makanan pagi. Ibu tiga orang putra ini mengeluti tari Endel karena menurutnya tarian ini adalah tarian yang seharusnya mencerminkan sosok wanita Jawa di masa mendatang. Wanita Jawa memang terkenal dengan sikap halus , lembut keibuan dan bahkan sangat penurut ini memang sering sidalahpahamkan sehingga menimbulkan kesan bahwa wanita Jawa adalah wanita terjajah. Seyogyanya perempuan Jawa adalah wanita yang dinamis , luwes namun tidak meninggalkan “trapnya” sebagai seorang perempuan sebagaimana mestinya. Sementara urusan menari, untunglah Ibu Sawitri masih bisa meneruskan ilmunya.
Sebagai satu satunya sesepuh dan penerus tari Topeng Endel khas Tegal, Bu Sawitri yang lahir di Tegal, 60 tahun lalu ini, sadar betul bahwa tarian ini membutuhkan ketekunan. Hal yang selalu ia tekankan kepada murid-muridnya. Mungkin, sering tersirat dalam pikiran perempuan ini, pengalamannya semasa kecil ketika mempelajari gerakan tari yang dimainkan ibunya saat pertunjukan dari kota ke kota. Dari ketekunannya menyimak gemulainya gerakan sang ibunda inilah, Sawitri kecil akhirnya memperoleh kepercayaan mendampingi ibunya menari tari Topeng Endel diusianya yang ke 20 tahun.
Meski usianya tak lagi muda , beliau tidak pernah mengeluh untuk selalu mengajarkan taeri Endel ini jika ada yang masih ingin belajar kepadanya. Ketekunannya terpancar untuk terus melanjutkan keberadaan tarian ini. Ia tidak ingin tari Endel menghilang dari peradaban seni Nasional yang tidak bisa dipungkiri di jaman sekarang keeksisan tarian daerah mulai luntur ditelan oleh kebudayaan masyarakat yang baru yaitu budaya moderen. Sepasang mata wanita tua renta berkulit kerut lainnya yang tak lain ibu dari sang penerus, dengan seksama mengawasi gerakan- gerakan yang diajarkan Bu Sawitri kepada anak didiknya.

Raut muka sedih hingga tetes air mata kadang terpancar], saat munculnya kembali ingatan masa lalu sebagai penari Topeng Endel bersama suami tercinta yang kini telah tiada. Namun, sebagaimana nasib sebuah kesenian tradisional pada umumnya, perlahan tari Topeng Endel ini pun ikut tergusur dengan seni modern seperti pentas dangdut. Ada undangan pementasan sebulan sekali saja, rasanya sudah luar biasa. Tapi tak masalah bagi sang penari. Yang penting baginya, tari Topeng Endel tetap hidup, dan itu artinya ia harus melakukan regenerasi. Impiannya, punya sebuah sanggar untuk kegiatan melatih tari.

Menjelang bulan Agustus ini biasanya banyak permintaan untuk tampil. Dan ia harus menyiapkan staminanya yang prima. Sebagai seorang penari, Sawitri adalah sosok penari yang utuh. Geraknya luwes, bernaluri tajam dan fisik yang terjaga. [B]Akankah muncul Sawitri-Sawitri berikutnya?, yang akan membuat tari Topeng Endel jauh lebih dikenal, tak hanya di Jawa Tengah.


PERNAH MASUK MURI
ENDEL, tari tradisional asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, masuk Museum Rekor Indonesia (Muri), sebagai tarian dengan peserta terbanyak, Pencatatan rekor itu setelah sebanyak 1.700 penari unjuk kebolehan di halaman Kantor Pemkab Tegal, dalam rangka memperingati HUT ke-470 Tegal. Para penari yang semuanya wanita merupakan siswa SD yang ada di seluruh Kabupaten Tegal. Dalam pergelaran tari Endel, semua penarinya menggunakan topeng yang sebelumnya dipesan dari Sanggar Satria Laras, milik dalang kondang Ki Enthus Susmono. Ki Enthus mengatakan Endel merupakan tari tradisional khas Tegal, meski secara jujur harus diakui merupakan akulturasi dari tari topeng Cirebon atau Losari.

Kamis, 06 Januari 2011

Tedi Ixdiana " Tebing , Tuhan dan Aku , Semangat yang Tak bisa Diganti


Bertubuh mungil, rambut panjang lurus , dan setelan bergaya TNI. Tawanya riang dan ramah menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Kepopulerannya di dunia panjat tebing tidak membuatnya jauh dari kesan sebagai orang yang tinggi hati dan membuat segan. Ialah Tedi Ixdiana, salah satu pioneer terbaik sekolah Panjat Tebing Skyger . kiprahnya ditebing alam sudah tidak diragukan lagi. Dari dunia panjat tebing inilah ia memulai karier barunya yang mebuatnya jatuh cinta.
Tedi Ixdiana mulai menggeluti dunia panjat tebing sekitar tahun 1987 saat masih duduk dikelas 3 SMP. Awalnya ia hanya sekedar ikut teman-temannnya berlatih kemudian menjadi kepincut di dunia yang sudah membesarkan namanya ini. Baru sekitar tahun 90-an ia mulai aktif. “ Awalnya tertarik panjat tebing karena melihat teman-teman latihan terus sepertinya menantang dan Alhamdulillah sampai sekarang jadi tidak bisa meninggalkan”, ungkapnya. Bukan hanya tebing-tebing Indonesia saja yang sudah dirayapinya, beberaap tebing di Negara di Asia lainnya pun sudah menjadi tempat penjelajahannya, bahkan sudah sampai ke Negeri Paman Sam. Anak ke-4 dari lima bersaudara ini begitu cinta dengan tebing. Jam terbangnya yang tinggi tidak heran jika ia sering menjadi supervisor beberapa acara serupa termasuk juga mengisi acara di beberapa televise baik nasional atau swasta. Walaupun kemampuannya didunia panjat tebing sudah tidak diragukan lagi namun menurutnya ia masih jarang untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan.” Kalo unutk kejuaraan sih jarang yah karena biasanya kejuaraan itu diwakili dari tiap lembaga taua komunitas tertentu , bukan dari Skyger. Kejuaraan yang pernah diikuti waktu itu di China. Waktu itu kejuaraan tebing alam. Sport climbing. Seringnya hanya pertukaran pemanjat dengan Negara-negara lain sama ekspedisi yang memang sampai sekarang sedang saya sama teman-teman saya lakukan adalah penyelesaian 1000 jalur untuk Indonesia”. Pria kelahiran 22 September 1971 ini selain mahir dalam panjat tebing juga piawai bermotorcross. Sesekali ditengah kegiatan memanjatnya , ia selingi dengan hobinya yang lain , motorcross. Lewat motorcross inilah Tedi menyabet predikat atlet terbaik Ikatan Motor Indonesia , Jawa Barat kategori Motorcross peringkat II di Grade B. dari keempat saudaranya yang lain , hanya dialah yang tertarik dengan panjat tebing. Adiknya , Taufanny Nugraha yang sekaligus merangkap menjadi fotografer pribadinya di alam juga seorang pemanjat namun ia cenderung dalam bidang pendokumentasian. Ia rela meninggalkan studinya untuk mendalami ilmu teknik geologi , dan hukum karena kecintaannya pada dunia panjat tebing. Menurutnya , ada rasa yang berbeda disetiap pemanjatan yang ia lakukan. “Beda tebing pasti berbeda tingket kesulitan, persiapan dan pengalaman”.
Baginya , panjat tebing bukan hanya olahraga atau sekedar hobi melainkan kegiatan ekstreme ini adalah hidupnya. “ Tebing menurut saya bukan hanya sekedar dinding yang saya panjat, tapi ketika melakukan pemanjatan inilah saya dilatih untuk menyatu dengannya, mengandalkan kepercayaan diri dan yakin  kepada Tuhan. Sangat dekat dengan Tuhan rasanya”, tuturnya.
Berbicara tentang ekspedisi , pria yang juga hobi dengan motorcross ini memiliki dua agenda terdekat. Ekspedisi terbarunya yang sedang gencar diselesaikannya yaitu pembuatan 1000 jalur untuk  Indonesia.  “Awalnya  tidak ada rencana untuk ekspedisi 1000 jalur tebing ini. Namun karena waktu itu teman-teman dari Skyger sendiri mencoba menghitung total jalur yang sudah dibuat ya akhirnya baru dari situlah muncul keinginan untuk menggenapkan jumlah jalur yang sudah saya dan teman-teman Skyger  buat. Ekspedisi ini memang mengejar kuantiti tapi yang terpenting bagi saya adalah safety procedure tempat pemanjatan. Bukan jumlah yang utama , kepuasan untuk mengenalkan panjat tebing yang mudah-mudahan bisa saya dapatkan. Inilah salah satu yang bisa saya berikan untuk Negara saya, ya supaya dunia panjat tebing Indonesia bisa semakin diminati oleh semua kalangan karena sebetulnya panjat tebing itu tidak hanya untuk laki-laki saja. Panjat tebing tidak melihat gender, usia dan latar belakang seseorang. Yang penting  modalnya berani”,  tutur Tedi yang sekaligus instruktur panjat tebing beberapa satuan elite TNI. Sebenarnya Tedi menargetkan penyelesaian pembuatan 1000 jalur ini di tahun 2010. Namun karena banyaknya kegiatan , terpaksa belum bisa diselesaikan. Jalur pemanjatannya bukan hanya berlokasi di Indonesia melainkan di beberapa Negara seperti Brunei , Malaysia, Cina , Amerika , Thailand, dan masih ada beberapa Negara lain walaupun memang sebagian besar jalur pemanjatannya dibuat di Indonesia. Tahun 2011 juga menjadi resolusi baginya. Rencananya di tahun ini ia akan melakukan sebuah ekspedisi lain yaitu “Seven Wall Expedition”. Di ekspedisi kali ini Tedi berniat membuka tujuh jalur tebing alam yang tersebar di kelima benua. “Mudah-mudahan bisa terkejar keduanya”, tuturnya penuh harap.
Cita – cita terbesarnya adalah menjelajah tebing-tebing di tanah Eropa. “ Untuk masalah goal, suatu saat nanti entah kapan pastinya saya juga belum tahu , saya hanya ingin melakukan pemanjatan di tebing-tebing Eropa. Grade pemanjatannya lumayan sulit inilah yang membuat saya ingin menjelajah sampai sana (Eropa-red). Yang penting selagi saya masih punya umur dan Tuhan masih mengijinkan , saya masih akan aktif  terus memanjat. Indonesia punya banyak sumber daya alam yang memadai untuk melakukan kegiatan climbing jadi tidak ada alasan juga panjat tebing Negara ini menjadi mundur. Hanya butuh pembinaan yang tepat untuk menciptakan atlet-atlet panjat yang bisa mengharumkan bangsa ini baik di kejuaraan atau ekspedisi”,kata Tedi.